Efektifitas Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Merokok Di Smk Muhammadyah 2 Pekanbaru Tahun 2019”.
Skripsi
Published 2019
Sinta Kurnila
Rokok adalah racun, menghisap rokok artinya memasukan racun kedalam
tubuh. Bahan kimia yang paling berbahaya sekaligus merupakan racun utama
pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Ketika sebatang rokok
dibakar, maka terbentuklah sekitar 4000 senyawa kimia, 200 diantaranya
beracun dan telah dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, semantara 43 bahan
kimia yang lain dapat memicu kanker (Satiti, 2010).
Menurut Diktorat Pengolahan dan Penyediaan Informasi (2013), rokok
mengandung 4000 zat kimia dan 60 karsinogen yang dapat memicu sel kanker
dan tentunya membahayakan kesehatan. Kandungan Tar pada rokok dapat
menimbulkan kanker paru, nikotin dapat memicu jantung dan tekanan darah
yang berakibat hipertensi dan lainnya.
Menurut Kemenkes RI (2017), World Health Organization (WHO)
memperkirakan tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia
akan mencapai 10 juta jiwa dan 70% di antaranya berasal dari negara
berkembang. Prevalensi perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga
setelah Cina dan India.
Data Riskesdas (2010) menunjukan sebesar 59,9% penduduk dewasa tidak
merokok, sedangkan 5,4% mantan perokok dan 28,2% merokok setiap hari,
kemudian 6,5% merokok tidak setiap hari. Diantara 28,2% orang dewasa yang
merokok setiap hari 52,3% menghisap satu sampai sepuluh batang perhari dan
20% menghisap 11-20 batang perhari. Prevalensi perokok aktif dewasa adalah
34,7%, dengan distribusi 65,9% pada laki-laki dan 4,2% pada perempuan
(Kemenkes RI, 2013).
2
Merokok tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa melainkan remaja juga, hal
ini disebabkan karena pada masa remaja merupakan masa ingin coba-coba,
merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi remaja, namun di lain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orangorang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi
yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission
beliefs/positive) (Asmuni 2012).
Menurut Arina (2016), masalah perilaku merokok, yang memprihatinkan
adalah usia mulai merokok dimana setiap tahun usia perokok semakin muda.
Jika dahulu orang mulai merokok dibangku SMP maka sekarang dapat
dijumpai siswa SD sudah mulai merokok secara diam–diam. Sejumlah studi
menyatakan bahwa remaja laki–laki menghisap rokok pertama kali dilakukan
saat usia 11–13 tahun sedangkan remaja perempuan rata-rata menghisap rokok
ketika usia 15–16 tahun. Menurut Asmuni (2012), rokok sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dan psikologis remaja, sebanyak 45% remaja perokok
mengalami insomnia dan 37% mengalami penurunan prestasi belajar di
sekolahnya serta 23% remaja merokok terlibat penggunaan narkoba.
Perilaku merokok pada remaja dapat dicegah dengan memberikan informasi
kepada remaja tentang bahaya rokok. Ada beberapa metode yang dapat
diberikan untuk memberikan informasi kepada remaja tentang masalah rokok,
salah satunya adalah video. Media video disebut juga dengan metode
audiovisual, dimana metode ini mengandalkan pendengaran dan penglihatan
dari sasaran. Penggunaan audiovisual melibatkan semua alat indera
pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk
menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi
tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Film, cerita, iklan,
dan video adalah contoh media audiovisual yang lebih menonjolkan fungsi
3
komunikasi, informasi akan tersimpan sebanyak 20% bila disampaikan
melalui media visual, 50% bila menggunakan media audiovisual, 70% bila
dilaksanakan dalam praktek nyata (Notoatmodjo, 2012).
Menurut penelitian Kasman & Noorhidayah (2017) diperoleh hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan media video efektif dalam meningkatkan
pengetahuan remaja tentang bahaya merokok. Adapun rata-rata peningkatan
sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dari kelompok media video
adalah 22,48. Menurut penelitian Sunardi (2016), bahwa media video yang
lebih efektif dibandingkan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang bahaya merokok. Pesan yang disampaikan melalui media video lebih
mudah diterima dan siswa mampu berempati dengan keadaan karakter yang
ada dalam cerita video. Media video bisa direkomendasikan sebagai metode
pendidikan kesehatan untuk mengurangi risiko anak-anak mencoba merokok.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Olah Raga diketahui
SMK Muhammadyah 2 Pekanbaru merupakan sekolah yang paling banyak
jumlah remaja laki-laki yaitu 345 orang, Sekolah tersebut terletak di Pusat
Kota sehingga berisiko terhadap kenakalan remaja salah satunya merokok.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang
remaja laki-laki di sekolah tersebut diperoleh hasil 7 orang diantaranya
mengaku pernah merokok dan 3 orang lainnya tidak mengaku pernah
merokok. Selain itu dari 10 orang tersebut didapatkan sebayak 6 orang tidak
mengetahui tentang bahaya merokok dan 4 orang lain mengetahuinya.