Detail Karya Ilmiah

Efektivitas Demonstrasi Menggunakan Leaflet Dan Video Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas V Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (ctps) Di Sdn 058 Pekanbaru.

Skripsi

Published 2015

Marhamah Ekayana

A. Latar Belakang

Mencuci tangan pakai sabun adalah kebiasaan yang sederhana untuk menjaga kesehatan. Merupakan satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui tangan. Mencuci tangan memakai sabun akan mengurangi jumlah mikroorganisme dari tangan. Di samping itu, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan intervensi kesehatan yang tidak membutuhkan biaya mahal (Depkes, 2009). Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya guna tercapainya negara yang kuat. Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggungjawab orangtua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak dengan menyediakan lingkungan sekolah yang sehat, pelayanan kesehatan, dan pendidikan kesehatan yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Didalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan, karena mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2011). Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Survey Health Service Program 1 Tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai kehampir setiap rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, untuk di desa angkanya bisa lebih rendah lagi (Kemenkes, 2011). Menurut penelitian World Health Organization (WHO) mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian, 2011). Didunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Selain menurunkan insiden diare, perilaku CTPS juga dapat menurunkan transmisi Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) hingga lebih dari 30%, bahkan pada kondisi lingkungan dengan kontaminasi feses yang sangat tinggi serta sanitasi yang buruk (Rabies dan Curtis, 2005). Bahkan UNICEF menemukan perilaku CTPS dapat juga menurunkan 50% insiden Avian Influenza (Depkes RI, 2010). Indonesia termasuk negara dimana masyarakatnya kurang menyadari pentingnya kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Akibatnya, 90% masyarakat Indonesia mengalami cacingan, 47,2% anak usia 5-9 tahun anemia dan diare masih menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita. CTPS terbukti melindungi manusia dari 10 penyakit seperti muntaber, gastroenteristis, tifus, kolera, diare, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit dan polio. Cacingan sering terjadi pada anak usia 5-14 tahun, data World Bank tahun 2008 menyebut kerugian ekonomi akibat cacingan mencapai Rp.30-33 miliar pertahun, CTPS salah satu intervensi kesehatan yang cost effective (Depkes, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2014 jumlah penderita penyakit diare di Provinsi Riau berjumlah 87.660 kasus. Diare juga merupakan penyakit yang paling banyak diobati di Rumah Sakit di seluruh Provinsi Riau. Sedangkan kejadian diare di Pekanbaru tahun 2014 berjumlah 8718 kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Pekanbaru 2014, salah satu bidang di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru adalah Promosi Kesehatan, dimana Puskesmas yang ada di Pekanbaru harus memberikan data-data promosi kesehatan berupa data penyuluhan di wilayah kerja masing-masing. Salah satu penyuluhan yang dilaksanakan yaitu penyuluhan PHBS Tatanan Sekolah khususnya CTPS. Dari semua Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Puskesmas Sail merupakan Puskesmas yang juga terdata memberikan penyuluhan tentang CTPS, tetapi tidak mencantumkan nama atau nomor SD/sederajat di wilayah kerjanya berbeda dengan Puskesmas lain yang mencantumkan nama atau nomor SD/sederajat di wilayah kerjanya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan data profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2013 dimana diperoleh informasi mengenai sanitasi lingkungan sekolah di pusat Kota Pekanbaru diketahui SDN 058 merupakan sekolah dengan sanitasi yang kurang baik dan masih berakreditasi B diantara sekolah lainnya di wilayah kerja Puskesmas Sail. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari peneliti, peneliti melihat sarana prasarana CTPS tidak di gunakan dengan baik, dan diketahui dari informasi guru dan siswa, SDN 058 pernah diberikan penyuluhan tentang CTPS tetapi sudah tiga tahun yang lalu. CTPS merupakan solusi strategis untuk mengurangi dampak dari sanitasi lingkungan yang buruk. Fokus CTPS ini adalah anak sekolah sebagai “Agen Perubahan” dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga, rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS (Depkes, 2007). Thosim dalam Ratna (2010) menyatakan sasaran anak sekolah terutama siswa kelas V SD/sederajat merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan punya keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang diterimanya kepada orang lain Metode penyampaian penyuluhan tentang CTPS kepada anak sekolah pada umumnya adalah metode ceramah. Hasil penelitian Utomo (2007) di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah mempunyai kelemahan, yaitu siswa pasif dalam bertindak, daya serap berkisar antara 20% – 40?n indera pendengaran kurang aktif bekerja. Mengingat pentingnya peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap anak sekolah dasar terhadap CTPS, maka perlu ditentukan metode pembelajaran yang berdaya guna dan tepat guna bagi penyuluh kesehatan untuk memasyarakatkan CTPS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wibawa (2007) mengenai efektifitas metode demonstrasi dengan pemutaran video tentang pemberantasan DBD terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak SD, efektif untuk digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Selain itu penelitian Supriadi (2013) dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan menggunakan leaflet terhadap kemampuan merawat kaki pada penderita diabetes melitus juga efektif dan ada pengaruh setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi menggunkan leaflet. Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Demonstrasi Menggunakan Leaflet Dan Video Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas V Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Di SDN 058 Pekanbaru.

Lihat Abstrak Lihat Bab I Lihat Daftar Pustaka