Detail Karya Ilmiah

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Pada Remaja Di Panti Asuhan Ar-rahim Pekanbaru

Skripsi

Published 2018

Dwi Astuti

A. Latar Belakang

Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu dimana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dengan lingkungan sekitar (Kumalasari, 2012). Menurut Desmita (2011) masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yang meliputi pencapaian hubungan yang matang denngan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria dan wanita dewas dijunjung tinggi oleh masyarakat, menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Faktor-faktor penyesuaian diri pada remaja Menurut sarwono,(2011) perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga dalan tataran perkembangan remaja,penyesuaian diri menjadi sangat penting.kemampuan penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Faktor agama serta budaya memberikan sumbangan yang berarti dalam penyesuian diri individu yaitu berupa niali-nilai, keyakinan, praktikpraktik, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu, selain agama budaya juga merupakan faktor yang sangt berpengaruh terhadap kehidupan individu, hal ini terlihat jika adanya karakteristik budaya yang 2 di wariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkung keluarga , sekolah, maupun masyarakat. Selain itu, tidak sedikit konflik pribadi, kecemasan, frustasi, serta berbagai prilaku neurotic atau penyimpangan perilaku yang di sebabkan, secara langsung atau tidak langsung, oleh budaya sekitarnya ( Ansrori, 2015). Begitu juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asauhan menjadi lingkungan sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Keberadaannya di panti asuhan membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman- teman panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas. Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka remaja akan memiliki sikap negative dan tidak bahagia. Penyesuaian diri remaja dipanti asuhan merupakan suatu yang dilakukan oleh remaja untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik secara aktif maupun pasif yang melibatkan respon mental dan tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang harmonis anatara diri sendiri dengan lingkungan tempat tinggalnya yaitu panti asuhan (Kumalasari, 2012). Remaja yang tinggal dipanti asuhan pada dasarnya pernah mengalami masalah-masalah dengan penyesuaian diri, dimana remaja yang tinggal di panti asuhan idealnya mampu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dalam panti meliputi teman sebaya dan pengasuh, maupun lingkungan luar panti meliputi masyarakat sekitar panti dan sekolah. Dimana dalam menyesuaiankan diri di lingkungan baik di panti ataupun di luar panti tentunya banyak masalah-masalah yang di hadapi anak asuh tersebut,baik internal maupun eksternal dari anak asuh tersebut dan sering dihadapkan kepada banyak persoalan yang menuntut perubahan dalam segala hal di bandingkan ketika tinggal bersama keluarga. Oleh karna itu anak asuh di harapkan mampu penyesuiankan diri dengan lingkungan (Rahmah and Ilyas, 2014). 3 Penelitian Rahmah and Ilyas (2014) menunjukkan hubungan antar dukungan sosial panti asuhan dengan penyesuian diri remaja terhadap teman sebaya di sekolah,termasuk kategori cukup baik , walaupun masih ada remaja yang kurang bisa menyesuiankan diri secara baik terhadap teman sebaya di sekolah, disini terlihat dukungan sosial panti asuhan masih tergolong cukup baik, idealnya dukungan sosial panti asuhan terhadap penyesuian diri anak harus tergolong sangat baik, berarti masih ada masalah-masalah yang di hadapi anak asuh dalam melakukan penyesuaian diri baik lingkungan panti maupun di lingkungan luar panti. Menurut (Soeparwoto, 2004) faktor-faktor penyesuaian diri di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi. Dan ada juga konsep diri remaja seperti bagaimana remaja memandang dirinya sendiri,baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. Persepsi remaja seperti pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek peristiwa dan kehidupan. sikap remaja seperti kecendrungan remaja untuk berprilaku positif atau negatif. ,intelegensi atau minat seperti merupakan modal untuk menalar, menganalisa sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuian diri.dan kepribadian seperti pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri di banding tipe kpribadian introvert yang cenderung kaku dan statis. Sedangkan faktor eksternal yaitu keluarga terutama pola asuh orang tua,pada dasar nya pola asuh demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuian diri secara efektif. Kondisi sekolah seperti kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan kepada remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara harmonis. Kelompok sebayaini seperti ada yang menguntungkan pengembangan proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat proses penyesuaian diri remaja. 4 ,prasangka sosial seperti adanyakecendrungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka terhadap para remaja.dan hukum dan morma social seperti bila sesuatu masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan remaja-remaja yang baik penyesuaian dirinya. Penelitian ini subjek remaja yang mengisi skala berusia antara 11- 17 tahun. Remaja pada usia ini merupakan masa peralihan dari kanakkanak menuju dewasa. Setiap tahap perkembangannya remaja pastinya mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, kepribadian maupun perilaku sosial. Di sinilah remaja mulai dituntut dapat berperan dengan lingkungan sekitarnya. Remaja selain bisa beradaptasi juga harus mampu menyesuaikan dirinya secara psikologis. Karena pada masa ini remaja mulai berinteraksi dengan lingkup yang lebih luas. Namun kenyataannya masih banyak remaja yang kesulitan dalam penyesuaian dirinya di berbagai lingkungan. Untuk mencapai penyesuaian diri yang maksimal, remaja dipanti asuhan juga memerlukan dukungan sosial dari orang-orang terdekat di lingkungannya yaitu dari pengasuh dan teman-teman sesame penghuni panti asuhan. Hurlock (2011) mengatakan bahwa remaja dapat memperoleh dukungan sosial dari teman sebaya, berupa perasaan senasib yang menjadikan adanya hubungan saling mengerti, simpati yang tidak didapat dari orang tuanya sekalipun. Dukungan dari orang-orang terdekat berupa kesediaan untuk mendengarkan keluhan-keluhan remaja akan membawa efek positif sebagai pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan. Sehingga dalam hal ini remaja merasa dirinya diterima dan di perhatikan oleh lingkungan sekitarnya (Kumalasari, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan dengan peraturan baru yang bertentangan di rumah, maupun menyesuaikan dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan perasaannya ketika dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisasi di lingkungan panti asuhan dengan baik. Bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruh dengan 5 penyesuaian diri pada anak remaja di panti asuhan yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah kondisi lingkungan, penentuan, kultural, kondisi fisik, penentuan psikologis. Berdasarkan survey yang peneliti lakukan di panti Asuhan ArRahim adalah tempat Panti Asuhan terbanyak mempunyai anak asuh dengan usia 11-17 remaja di Pekanbaru. Dari hasil wawancara terhadap guru BP (Bimingan Penyuluhan) di SMP NEGERI 40 Pekanbaru yang berjumlah 10 orang anak yang berasal dari panti asuhan AR-RAHIM terdapat 70% yang sulit untuk bersosialisasi di sekolah anak tersebut minder tidak pernah bertanya saat diskusi.

Lihat Abstrak Lihat Bab I Lihat Daftar Pustaka